Nama “Pesantren Al-Badar” diambil dari kisah perang Badar. Sebagai harapan kejayaan dan kemenangan umat Islam masa depan yang gemilang, seperti kemenangan perjuangan Rasulullah diperang Badar.
“Sungguh
Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika
itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
mensyukuri-Nya”. QS. Ali Imran (3):123).
Badar adalah tempat pertempuran pasukan
kaum muslimin dengan kaum musyrikin, terletak antara Mekah dan Madinah dimana
terdapat mata air.
Pada saat perang Badar, kaum
muslimin masih sedikit dan lemah, perlengkapan perangpun sangat terbatas, namun
peperangan dimenangkan oleh kaum muslimin, karena sebelumnya mereka telah
dididik oleh Rasulullah saw. Pada perang Badar kaum musyrikin kalah,
kucar-kacir dan mati terbunuh, sedangkan kaum muslimin mendapat kemenangan yang
gemilang.
Adapun mata air di Badar
menggambarkan sumber kehidupan umat Islam, demikian halnya Pesantren Al-Badar
sebagai tempat menggali ilmu pengetahuan ke-Islaman, diharapkan mampu
memberikan nilai-nilai kihidupan yang lebih baik, untuk meraih kehidupan sejahtera dan bahagia dunia akherat.
Pesantren Al-Badar selama kurang lebih
dua tahun di cerca-maki, di ejek, dicemoohkan, dihina, diintimidasi, difitnah,
diserang orang, pimpinannya mau dibunuh, santrinya akan diusir, pengikutnya
diteror dan diancam akan dikucilkan dari masyarakat, bahkan pesantrennya akan
ditutup oleh sekelompok orang, namun pesantren Al-Badar sampai saat ini masih tetap eksis dan
berkembang, bagaikan kemenangan kaum muslimin diperang Badar
Nama “Pesantren Al-Badar” diambil dari nama pendirinya Badruddin Hasyim Subky. Badruddin kecil oleh Al-Marhum Kyai Ukar Suqrawardi dan oleh kedua orang tua serta orang-orang semasanya sering dipanggil “Badru” (Badar) yang artinya “bulan pernama”. Badru panggilan nama Badruddin masa kecil diharapkan agar dikemudian hari dapat memberi manfaat bagi umat manusia. Harapan orang tuanya kepada nama Badru (bulan purnama) kemudian dibadikan menjadi nama Pesantren Al-Badar.
Mudah-mudahan pesantren Al-Badar dapat memberi cahaya yang menerangi kehidupan umat manusia bagaikan bulan purnama yang menerangi di malam gelap gulita.
Nama “Pesantren Al-Badar” diambil dari nama pendirinya Badruddin Hasyim Subky. Badruddin kecil oleh Al-Marhum Kyai Ukar Suqrawardi dan oleh kedua orang tua serta orang-orang semasanya sering dipanggil “Badru” (Badar) yang artinya “bulan pernama”. Badru panggilan nama Badruddin masa kecil diharapkan agar dikemudian hari dapat memberi manfaat bagi umat manusia. Harapan orang tuanya kepada nama Badru (bulan purnama) kemudian dibadikan menjadi nama Pesantren Al-Badar.
Mudah-mudahan pesantren Al-Badar dapat memberi cahaya yang menerangi kehidupan umat manusia bagaikan bulan purnama yang menerangi di malam gelap gulita.
Nama “Pesantren Al-Badar” diambil dari kampung kelahiran pendiri pesantren ini,
yaitu kampung Banar, sebuah kampung terpencil di Desa/Kec. Nanggung Kab. Bogor. Kampung Banar pada
masa peralihan kekuasaan dari penjajah Belanda dan Jepang telah dijadikan pusat
pertahanan bangsa Indonesia
dari perlawanana tentara penjajahan (Belanda & Jepang). Pasukan Hizbullah
dan tentara PETA (pembela tanah air RI) sering berhadapan dengan pihak tentara
Jepang di kampung Banar. Itulah sebabnya kampung tempat pertempuran itu disebut
kampung Banar (Baca Benar atau Badar).
Kata “Banar” (basa Sunda “bener”) mungkin
berasal dari bahasa Arab dan bahasa Indonesia, yaitu kata “Banar” sebagai
peralihan dari kata “Badar” atau kata “Benar”.
A.
Dialek dan ejahan dari bahasa Arab, kata “Badar” menjadi kata “Banar” dalam
basa sunda”, dapat terjadi karena mengubah huruf “d” menjadi “huruf “n”. Maka jadilah kata “Badar” berbunyi
“Banar”.
B. Dialek dan ejahan dari bahasa Indonesia kata “Benar” menjadi kata “Banar” dalam basa sunda, karena huruf “e” pada kata “Benar” (bahasa Indonesia) dirubah dengan huruf “a” kata “Banar” (basa sunda). Maka jadilah kata “Benar” berbunyi “Banar”.
Kata-kata “Benar” (dengan huruf “e’)
kemudian menjadi kata “Banar” (dengan huruf “a”) dalam bahasa Arab disebut “Al-haq” yaitu benar. Sedangkan kata “Badar” (dengan huruf “d”)
kemudian menjadi kata “Banar” (dengan huruf “n”) dua-duanya mengandung arti
sama, yaitu dua daerah yang telah dijadikan tempat pertempuran. Badar yang ada
diantara kota Mekah dan Madinah adalah tempat pertempuran anatra kaum muslimin
dengan kaum musyrikin, sedangkan Banar yang ada diantara gunung Halimun dan
Gunung Salak adalah tempat pertempuran antara bangsa Indonesia dengan tentara
penjajah Belanda dan Nicca.
Semoga kata Badar, Banar, Benar
(Bener) setelah menjadi pesantren al-Badar menjadi rangkaian kenyataan dan
mengukir sejarah pendidikan di Indonesia
dalam mengembangkan agama Allah swt.
Semoga Pesantren al-Badar senantiasa mendapat pertolongan Allah SWT sebagaimana
kaum muslimin diperang Badar. Semoga Pesantren Al-Badar senantiasa membela
kebenaran (al-Haq) dan dapat
menyinari umat manusia di sa’at terjajah oleh sistem jahiliyah dan terpuruk dengan berbagai kedhaliman. Semoga
Pesantren Al-Badar dapat menyinari umat manusia, sebagaimana bulan purnama yang
dapat menyinari bumi di malam gelap gulita.
Firman Allah swt
“Allah pelindung orang-orang yang beriman;
Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan
orang-orang yang kafir pelindung-pelindungnya ialah syaitan. Sedangkan
orang-orang kafir dan setan mengeluarkan manusia daripada cahaya kepada
kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya”.(QS.Al-Baqarah (2): 157).
Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar